Kamis, 13 Oktober 2016

INDONESIA KAYA TAPI RAKYATNYA MENDERITA "ILMU DAN HARTA" DALAM KASUS DIMAS KANJENG



Hari-hari terakhir Republik ini di hebohkan, sehingga membuat dampak yang sangat besar, pertama merenggut nyawa manusia, kedua membuat kerugian harta yang begitu besar, para korban pembunuhan sadis sudah melampau batas dengan cara merampok harta yang dikaitkan dengan cara ghaib. apa lagi menggunakan tameng agama, hal inilah yang tidak layak di lakukan terutama umat islam. Sehingga memburukkan nama baik agama dan lebih buruk lagi mendustakan agama.

Dalam kasus ini, atas dugaan keterlibatan "Taat Pribadi" Pemimpin Padepokan DIMAS KANJENG. Di duga dalang perencanaan pembunuhan terhadap dua pengikutnya, yakni Abdul Gani dan Ismail.

Taat Pribadi ditangkap berdasarkan laporan polisi di Probolinggo pada 6 Juli 2016, atas dugaan keterlibatan dalam perencanaan pembunuhan terhadap dua pengikutnya, yakni Abdul Gani dan Ismail. Sekarang lagi dalam proses hukum pihak kepolisian.

Inilah masalah terjadi di Republik ini, jikalau kita tidak bisa menguasai diri sendiri dari hausnya kepuasaan harta duniawi dan ketidakpuasaan dalam mensyukuri nikmat dari Allah swt.

Aku akan mencoba melihat perbedaan dari Harta dan ilmu, 2 hal yang sangat dekat dengan manusia. Manusia tentu tidak akan bisa hidup tanpa harta. Karena hanya dengan harta, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Harta akan mencukupi semua kebutuhan jasmani manusia. Namun, manusia juga tidak bisa lepas dari ilmu. Karena hanya dengan ilmu, manusia dapat memenuhi kebutuhan rohaninya. Sehingga manusia akan dapat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya.

Persoalannya adalah, mana yang akan anda pilih jika dihadapkan pada 2 pilihan diatas. Apakah anda memilih harta ataukah ilmu yang akan anda pilih ?

Nah, tidak ada salahnya kita belajar dari perkataan Ali Bin Abi Thalib. Ketika beliau ditanya dengan pertanyaan yang sama. Ternyata beliau lebih memilih ilmu ketimbang harta. Menurut beliau, Ilmu memiliki banyak keutamaan ketimbang harta. Apa sajakah keutamaan ilmu dibanding harta menurut beliau ?

Ini dia 3 Keutamaan Ilmu Dari pada Harta :
1. Harta Akan Berkurang Jika Diberikan Sedangkan Ilmu Justru Bertambah.
2. Harta Perlu Dijaga, Sedangkan Ilmu Justru Menjaga.
3. Harta Bisa Dicuri, Sedangkan Ilmu Tidak.

Namun berbeda dengan ilmu, sangat jarang ditemui, bahkan mungkin tidak pernah, seseorang yang berteriak-teriak histeris karena merasa kehilangan ilmu atau seseorang yang bersedih hati karena merasa ilmunya telah dirampas secara paksa oleh orang lain. Nah itulah 3 Keutamaan Ilmu Dari pada Harta menurut Ali Bin Abi Thalib.

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11).

Dalam ayat ini juga, Allah meninggikan beberapa derajat orang beriman yang berilmu. Bahwa ilmu begitu penting dan memiliki posisi yang dimuliakan di sisi Allah, dengan ilmu manusia akan lebih baik menjalani hidupnya dan dapat mencapai kesempurnaan akhlak dan menjadi hamba-hamba yang taat kepada Rabb-Nya.

Ilmu yang bermanfaat akan melahirkan ataupun menghasilkan sesuatu yang bermanfaat pula, antara lain, membuat pemilikinya menjadi lebih beriman dan bertaqwa. Dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang bisa menambah pengetahuan tentang Tuhannya serta bisa memperkuat keimanan dalam hati mereka menjadikan mereka semakin takut kepada Allah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu kemuliaan agung dan kedudukan tinggi adalah menuntut ilmu bukan harta, tahta apalagi wanita atau gaya.

Dengan melihat begitu banyaknya pengikut "Taat Pribadi" Pemimpin Padepokan Dimas Kanjeng di Probolingo, Maka.. Saya akan mencoba melihat dari keuangan yang di miliki negara saat ini, karena tak terlepas hal yang menghebohkan pengikut Taat Pribadi di Padepokan Dimas Kanjeng adalah kesenjangan masalah ekonomi. Sedangkan Republik saat ini memiliki pendapatan yang sangat luar biasa dan Republik ini sangat kaya, baik dari segi Sumber Daya Alam nya atapun Sumber Daya Manusia nya.

Dari data Kementerian Keuangan hasil realisasi pendapatan negara dan hibah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Mei Tahun 2016. Realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 496,6 triliun atau sebesar 27,2 persen dari target APBN tahun 2016 sebesar Rp 1.822,5 triliun. Sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp 685,8 triliun atau sebesar 32,7 persen dari APBN tahun 2016 sebesar Rp 2.095,7 triliun.

Berdasarkan realisasi pendapatan dan belanja negara tersebut, realisasi defisit APBN mencapai sebesar Rp 189,1 Triliun atau 1,49 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Realisasi pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan perpajakan sampai dengan bulan Mei 2016 mencapai sekitar Rp 406,9 triliun.

Namun khusus penerimaan perpajakan pada bulan Mei 2016 mencapai sebesar Rp 86,4 Triliun.

Kemudian untuk realisasi pendapatan Negara yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai dengan bulan Mei telah mencapai sebesar Rp 89,1 triliun.

Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas, meskipun terdapat peningkatan penerimaan dari PNBP Iainnya dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). Sementara itu, untuk belanja negara sampai akhir bulan Mei mencapai Rp 357,4 triliun.

Dari angka-angka diatas memang luar biasa ketika kita masyarakat awam mendengar angkanya sangat fantastis, bayangkan mencapai milyaran bahkan triliunan rupiah. Dahsyat...

Bayangkan saja, dari jumlah pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 496,6 triliun per Mei 2016, Sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp 685,8 triliun atau sebesar 32,7 persen dari APBN tahun 2016 sebesar Rp 2.095,7 triliun. 

Belanja negara itu meliputi belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 179,6 triliun dan Belanja non (K/L) sebesar Rp 177,8 triliun. Belanja negara untuk transfer ke daerah dan dana desa Rp 328,4 triliun. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan periode Januari-Mei tahun lalu sebesar Rp 274,7 triliun. Peningkatan ini bertujuan untuk mendorong pembangunan infrastruktur di daerah.

Dengan pendapatan negara yang begitu besar, apakah bisa menjawab data kemiskinan rakyat indonesia saat ini ?

Mari kita mencoba melihat angka dari data kemiskinan. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2016 diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 18 Juli 2016. Menurut BPS, jumlah penduduk miskin penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. pada Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Berdasarkan profil kemiskinan BPS, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun, namun secara persentase penduduk miskin meningkat.

Pada bulan Maret 2015 persentase penduduk miskin perdesaan sebesar 14,21 persen, lalu turun pada September 2015 menjadi 14,09 persen kemudian naik 0,02 persen di bulan Maret 2016 menjadi 14,11 persen.

Bila mengacu data Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus menurun dari 102,55 pada Januari 2016 menjadi 101,47 pada Juni 2016 maka wajar jika persentase kemiskinan di perdesaan meningkat, karena usaha pertanian menurun.

Hal ini menunjukan bahwa  ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan masih tinggi. Seiring dengan itu, indeks keparahan kemiskinan daerah perdesaan pada periode yang sama juga meningkat dari 0,71 menjadi 0,79.

Dalam satu tahun ini, di daerah perdesaan, penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan adalah beras. Inikan paradoks, terutama untuk Indonesia yang mengusung kedaulatan pangan.

Berarti masih ada yang salah secara fundamental. Pemerintah tidak menjalankan kedaulatan pangan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Nawa Cita Republik saat ini.

Alih-alih menjalankan redistribusi kemakmuran dan sumber daya agraria, hampir dua tahun ini pemerintah justru melanjutkan keberpihakkan terhadap modal besar. Dengan deregulasi di Paket Ekonomi dan pembagian tanah kepada perusahaan gula dan pangan.

Berdasarkan laporan bulanan data sosial ekonomi BPS bulan Juli 2016, dalam kurun waktu Februari 2015 – Februari 2016 tenaga kerja pertanian berkurang sebanyak 1,83 juta jiwa. Dari angka 40,12 juta jiwa turun menjadi 38,29 juta jiwa.

Ini berarti bertani tidak menarik lagi. Harus diubah secara fundamental, pemerintah harus memberi rakyat insentif untuk bertani. Apalagi lahan sudah banyak di kuasai pemodal, para korporasi perusahaan skala besar, hampir disemua sektor dikuasai, sehingga rakyat yang menjadi dampak pada masyarakat agraria selama ini, rakyat tidak bisa berbuat apa-apa jikalau negara tidak bisa memikirkan dan mencari solusi yang terbaik buat rakyat agraria saat ini.

Saya mencoba menarik sedikit ke Provinsi Bengkulu, karena membahas data kemiskinan tak terlepas dari penduduk yang mana selama ini banyak yang berkonflik dengan perusahaan-perusahaan skala besar, sehingga keluarnya data kemiskinan dari BPS dia atas.

Dulu saya pernah merilis data warga dan petani di Provinsi Bengkulu. Dari data yang saya coba menulis saat itu, melihat warga dan petani hanya mampu mengakses tanah tak mencapai 1/4 hektare per orang atau 0,07 hektare atau 10x7 meter per segi karena tanah di daerah itu habis dikuasai pemodal perkebunan dan pertambangan.

Data ini didasarkan pada kondisi luasan lahan di Bengkulu yang dikuasai petani. Provinsi Bengkulu memiliki luasan
1.987.870 hektare dengan jumlah penduduk mencapai 2 juta jiwa.

Sebanyak 900.000 hektare luasan Bengkulu adalah wilayah hutan, termasuk kawasan lindung, taman nasional, dan hutan lainnya.

Setelah dikurangi luasan hutan sisa luasan Bengkulu sebagai Area Peruntukan Lain (APL) tersisa 1.057.906 juta hektare. Luasan itu harus dikurangi lagi dengan 463.964,54 hektare yang dikuasai pemodal dalam bidang perkebunan, dan pertambangan. Hanya tersisa 593.942 hektare yang dapat diakses 2 juta warga Bengkulu sebagai tempat bermukim, pertanian, jalan, perkantoran dan lain-lain.

Sehingga dalam hitungan, jika 593.942 hektare tanah itu dibagi rata sekitar 2 juta penduduk Bengkulu, maka setiap penduduk dapat 0,07 hektare tanah per jiwa, apa yang bisa didapat dari tanah sesempit itu untuk bertani dalam masyarakat agraris. Sejauh ini izin Hak Guna Usaha (HGU) dan petambangan terus berdatangan ke Provinsi Bengkulu.

Berarti bisa disimpulkan, bahwasannya negara belum bisa memberikan kesejahteraan dan kemakmuran untuk rakyat di tingkat daerah-daerah / desa-desa di Republik ini.

Kita boleh berbangga, bahwasannya ekonomi Indonesia akan melesat menjadi TERBESAR NO. 5 DI DUNIA (hanya dibawah China, Amerika, Jepang dan Jerman). Tetapi, percuma dengan No 5 Terbesar Di Dunia, jikalau rakyat indonesia saat ini masih menjerit kemiskinan, seperti kasus di Padepokan Dimas Kanjeng, beberapa tahun terakhir. Kebakaran hutan di 4 titik yang terbesar. Provinsi Riau, Jambi, Sumsel dan Kalimantan. itu semua akibat dari korporasi perusahaan sawit yang terus menerus melebarkan perusahaannya, hal inilah negara harus cepat mengambil langkah, jangan sampai indonesia di sanjung-sanjung oleh negara luar, tetapi rakyat indonesia masih banyak yang miskin dan kelaparan, konflik agraria semakin memburuk, kriminalisasi, intimidasi bahkan nyawapun menjadi keganasan bagi korporasi perusahaan skala besar di negeri ini.

Menutup tulisan ini, aku hanya ingin berpesan, bahwasannya ini semua tak terlepas dari ilmu dan harta. Saya bukan nya sok paham agama dan sok tahu hadist-hadist, karena ini semua hanya dengan agama dan atas petunjuk-Nya lah kita bisa menjawab persoalan ini semua. Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, mari kita kembali ke jati diri kita sebenarnya. Persaingan semakin lama semakin tinggi dengan negara luar, kita sebagai negara gotong royong, mari kita berfikir sejenak dan merenung kembali untuk bangkit kembali dari keterpurukkan selama ini.

"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhammad saw pernah bersabda : ”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah Al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain". (HR Bukhari).
Demikian yang bisa saya uraikan sedikit problema dari kasus Taat Pribadi Pemimpin di Padepokan Dimas Kanjeng dan Konflik Agraria serta Data Kemiskinan di Republik ini.

Semoga kita semua tetap dalam lindungan-Nya Allah swt dan selalu memohon petunjuk kepada-Nya.

Semoga Berkah...

 
Sumber :
JAKARTA, KOMPAS.com.
BENGKULU, KOMPAS.com
TRIBUNNERS
Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI)
Data Walhi Bengkulu
https://www.bps.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Walau badai yang menghampiri diri ini...
Tak akan menyerah yang nama nya perjuangan belum berakhir...